Ilustrasi: (Foto: Reuters) Brasil berharap ekonominya meroket seiring penyelenggaraan World Cup. Tapi kenyataannya, mereka malah mencoreng muka sendiri dengan berbagai hal-hal negatif yang terjadi.Penundaan proyek konstruksi, demo pekerja subway, pembangunan stadion yang belum selesai, serta proyek penambahan kapasitas pesawat di bandara adalah buktinya. Demikian dilansir dari Forbes, Sabtu (14/6/2014).
Hal ini sangat disayangkan para turis dan traveler yang dipastikan akan kembali ke negara ini pada Olimpiade tahun 2016 mendatang.
Ketika Brasil mendapatkan hak menggelar World Cup 2014 dan Olimpiade 2015, ada antusiasme dan optimisme jika Brasil akan bisa menjadi contoh bagi negara lain.
Termasuk dalam pengadaaan infrastruktur yang dipastikan akan menjadi pendorong Brasil untuk semakin mengokohkan diri sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Kabar baiknya, Brasil memang menduduki negara dengan perekonomian terbesar ketujuh saat ini dengan GDP sebesar USD2,4 triliun.
Tapi, koefisien gini -koefisien yang digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan- dari Brasil sangat buruk, yakni mencapai 54,7. Dan menempati peringkat terburuk ke 13 dari 150 negara.
Sementara jika dibandingkan dengan 32 negara penyelenggara World Cup, dia berada di peringkat terburuk ketiga di bawah Honduras dan Kolombia.
Gap antara kekayaan warga negara di Brasil sangat tinggi akibat pemerintah yang tidak bisa memenuhi komitmennya dikombinasikan dengan buruknya korupsi dan birokrat yang bobrok.
Hal ini yang menciptakan terjadinya pergolakan internal, rasa frustasi dan kemawarahan sejumlah orang di negara tersebut. (rzy)
No comments:
Post a Comment